Kenangan bukanlah sekadar arsip usang yang tertumpuk di laci pikiran, melainkan sebuah arsitektur megah yang kita bangun dari puing-puing masa lalu. Ia hadir sebagai hantu yang manis sekaligus menyakitkan, menyelinap di antara celah rindu yang tak bertuan. Setiap detil peristiwa yang terpatri adalah batu bata yang menyusun identitas kita hari ini, mengingatkan bahwa kita pernah tertawa lepas di bawah hujan atau menangis tersedu di sudut kamar yang sepi. Waktu mungkin mampu menggerus fisik bangunan, namun ia tak kuasa meruntuhkan pilar-pilar memori yang telah mengakar kuat dalam sukma. Merawat kenangan adalah seni menjaga nyala lilin di tengah badai kelupaan. Kita belajar untuk tidak hidup di masa lalu, melainkan menjadikannya sebagai spion kehidupan; sesekali menoleh ke belakang untuk memastikan arah, namun tetap melaju ke depan dengan penuh keyakinan. Di sanalah letak kebijaksanaan, saat kita mampu tersenyum pada luka lama dan berterima kasih pada setiap episode yang telah membentuk kita menjadi manusia yang lebih utuh.
Komentar (0)
Ingin bergabung dalam diskusi?
Login untuk berkomentarBelum ada komentar. Jadilah yang pertama!